Kendari, Sultra.
Sesuai dengan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari bahwasanya sepanjang tahun 2018 penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 111 orang. Di awal tahun 2019 ini, tercatat sudah 3 warga terkena penyakit tersebut.
Merespon hal ini Nurjannah,SKM., M.Kes memberikan satu tips sederhana upaya preventif atau pencegahan tersebarnya penyakit yang disebabkan oleh virus dari inang nyamuk Aedes aegypti ini.
Ditemui diruang kerjanya (26/3), Dosen STIKES Budi Mulia Kendari ini, menjelaskan pencegahan penyakit demam berdarah (DB) dilakukan melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus (menguras,menutup,memanfaatkan kembali, plus melakukan segala bentuk kegiatan pencegahan).
“Jadi salah satu bentuk upaya pencegahan yang sangat sederhana untuk dilakukan masyarakat adalah dengan memelihara ikan cupang”; jelasnya. Ikan yang sering dikemas dalam plastik ini tambahnya, dipasaran berharga sekira Rp. 10 ribu. Jadi, dirinya menyarankan agar ikan ini bisa dimanfaatkan seefektif mungkin.
“Caranya gampang saja, ikanya ditempatkan dibeberapa tempat penampungan air yang tidak biasa ditutup, seperti bak mandi atau tempat lain yang digunakan untuk menampung air, termasuk air hujan”,tutur alumni Pascasarjana Universitas Negeri Semarang ini.
Tentunya dengan jumlah ikan yang proposional dengan volume bak penampungan air yang ada, terangnya.Kenapa harus ikan cupang? Dirinya menjelaskan, ikan dengan nama latin (Betta, sp) adalah ikan air tawar yang berperan sebagai predator alami yang memangsa jentik-jentik nyamuk, termasuk nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus demam berdarah.” Peliharalah ikan cupang, karena cukup 30 menit saja, ikan ini sudah mampu membunuh 51 dari 100 jentik nyamuk yang ada”, terangnya.
Ikan ini hanya bisa ditaruh ditempat penampungan air. Namun kata Nur, genangan – genangan air yang berpotensi sebagai tumbuh kembang jentik nyamuk harus tetap ditangani dengan sistem Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus.”tentunya di genangan air seperti pot bunga dan kaleng-kaleng, tidak bisa,”tandasnya.(wsh/b) editor Herman Kabansi