Ronaindonesia.com– Menjadi alumni akan selalu menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap pribadi yang pernah menempuh pendidikan di Kampus Delapan Penjuru Mata Angin, Universitas Halu Oleo (UHO).
Tetapi menjadi begitu istimewa bagi seorang Ratna Sari Dewi Harun, wanita bercadar asal Muna yang didaulat Oleh Rektor Universitas Halu Oleo Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc menjadi wisudawan terbaik Universitas Haluoleo pada wisuda Pendidikan Doktor (S3) XIX, Magister (S2) LXVIII, Profesi DokterXVI, Sarjana (SI) LXXXI, dan Pendidikan Vokasi LXXX periode tahun akademik 2018/2019 yang berlangsung di Auditorium Mokodompit UHO, Senin (29/4), lalu.
Alumni Madrasah Aliyah Raha ini menempuh studi 3 tahun 8 bulan dengan IPK 3,96 pada Jurusan Bahasa dan Sastra Program Studi Sastra Indonesia. Dari total IPK yang dibacakan saat pengukuhan rupanya belum masuk nilai skripsi jadi kalau diinput dengan nilai skripsi bisa mencapai 3,98, jelasnya.

Wanita bercadar ini berhasil mendokumentasikan transkrip dengan total 149 sks yang diluluskan dengan hanya memperoleh dua nilai B selebihnya nilai A.
Dalam testimoninya di hadapan para wisudawan dirinya berpesan bahwasanya Setiap usaha yang kita lakukan tidak akan terkhianati oleh hasil. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi seperti apa yang diinginkan tergantung bagaimana usaha dan kesabaran karena setiap orang memiliki proses yang berbeda-beda. Jangan pernah memikirkan pandangan orang lain mengenai proses kita, karena yang tahu keadaan sebenarnya itu adalah diri kita sendiri. Jadi biarlah mereka berkata kita harus tetap optimis.
Tanggal 28 Januari lalu dirinya melakukan penelitian selama sebulan, turun langsung berbaur dengan masyarakat di daerah Wamponiki hingga di penghujung februari menjadi pengalaman tersendiri bagi wanita kelahiran 9 Maret 1997 ini. Dirinya mengangkat tema penelitian arti penting bahasa daerah dalam upaya melestarikan sebuah kebudayaan.
“ Judul saya itu Kebertahanan Kosakata Bahasa Muna dalam lingkup Bagian-bagian Tubuh Manusia pada Kalangan remaja di Kelurahan Wamponiki Kecamatan Katobu Kabupaten Muna,” jelasnya.
Melalui skripsi ini dirinya ingin melihat sejauh mana tingkat kebertahanan bahasa Muna terutama pada sektor bagian-bagian tubuh manusia di tingkatan remaja.
“Saya ambil remaja atau kisaran umur 12-25 tahun, karena remaja merupakan penerus kebudayaan. Bahasa itu kan sebagai salah satu penciri kebudayaan, adanya suatu budaya karena bahasa daerahnya masih bertahan. Saya pengen melihat itu, sejauh mana kemampuan generasi muda sekarang memahami bahasa daerah mereka,” ungkapnya.
Hasil penelitian saya kemarin, tambahnya dari 100% atau 50 informan remaja di lokasi penelitian hanya kisaran 31 % saja yang bisa mengetahui 85 kosakata bahasa daerah muna dari bagian-bagian tubuh manusia seutuhnya. Jadi kalau dimatematiskan hanya kisaran 15 orang saja yang masih paham seutuhnya. Hal ini menandakan pengetahuan mengenai bahasa daerah muna sudah bergeser, terangnya.
Gadis 22 tahun ini berharap para pemimpin daerah juga bisa membuat peraturan yang lebih baik megenai bahasa daerah dan tetap memasukkan bahasa daerah pada kurikulum pendidikan , baik kalangan sekolah pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Karena hal ini sangat penting demi lestarinya suatu kebudayaan.
“Kepada generasi muda Cintailah Bahasa Daerah kalian karena jati diri daerah kita itu berasal dari bahasa daerah, bahasa daerah bisa mewakili setiap kebudayaan di daerah kita karena bahasa adalah penyalur segalanya”. Ucapnya.
Kepada Jurnalis ronaindonesia.com dirinya mengaku sudah setahun mengenakan cadar, dan alhamdulilah penerimaan dosen-dosen UHO selalu baik, jelasnya.
“Alhamdulilah dengan bercadar dosen lebih mengasihi kita, di Fakultas Ilmu Budaya kami diajarkan silahturahmi, keceriaan dan kebahagiaan tanpa saling menjatuhkan. Itulah komitmen kami selamanya”, akunya.
Wanita 22 tahun ini ke depannya ingin menjadi penulis dan tetap ingin menulis sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa untuk itu dirinya ingin melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi lagi.
“Saya ingin menghadapi prosesnya semoga nanti kalau sudah matang sudah memang layak menjadi seorang penulis dan bisa juga menghasilkan bacaan yang layak seperti para penulis lainya karena seorang penulis mengungkap kebenaran tanpa harus berperan,” tandasnya(rnj/a)
Penulis : Renja Tobarani
Mohon diperbaiki MAN 1 ALIYAH menurut sy kurang tepat
ok